Home » , , » Anak Penambal Ban di Tebing Tinggi Lulus Akpol di Semarang

Anak Penambal Ban di Tebing Tinggi Lulus Akpol di Semarang

Posted by Anak Bangsa

Tempatkan Iklan Anda disini..

(disalin dari :Sumut Pos)

"Bima Nugraha menjadi contoh betapa keinginan yang kuat mampu mengalahkan keterbatasan ekonomi. Remaja yang sepulang sekolah selalu membantu ayahnya menambal ban ini, menjadi salah satu Taruna Akpol 2011."

Alhamdulillah, Anak Saya Lulus tanpa Menyuap

11:53, 13/09/2011
Alhamdulillah, Anak Saya Lulus tanpa Menyuap
Pasangan suami istri, Dwi Suryanto dan Hermawati memperlihatkan foto anaknya Bima Nugraha yang tengah pendidikan di Akpol.
 
Sopian-Tebing Tinggi
Kebahagiaan dan kebanggaan pasangan Dwi Suryanto (42) dan Hermawati (42) masih membekas jelas setelah mereka, Bima Nugraha (17), menjalani pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol) di Semarang.
Ketika ditemui di rumahnya di Jalan Kipas, Lingkungan II, Kelurahan Bagelen, Kota Tebing Tinggi, Senin (12/9) siang, Dwi Suryanto terlihat sumringah. Soalnya, penambal ban yang mangkal di Jalan Deblod Sundoro Ujung, Kota Tebing ini sebentar lagi akan memiliki anak yang berpangkat.
Dia menjelaskan, pihak keluarga tidak pernah mengeluarkan biaya untuk menyogok ataupun memiliki beking kelulusan Bima Nugraha di Akpol. Padahal ia sering mendengar, dibutuhkan uang ratusan juta rupiah sebagai uang pelicin plus koneksi orang kuat untuk memperoleh satu tempat di pendidikan bergengsi itu.
”Saya bersyukur kepada Allah SWT, cita-cita anak saya menjadi seorang perwira polisi kesampaian. Kami tidak menyangka anak saya bisa lulus tanpa uang,” ungkap Dwi yang akrab disapa Ewiq kepada Sumut Pos.
Diakui bapak tiga anak ini, meski anaknya Bima terbilang cerdas di sekolahnya di SMA Negeri 1 Kota Tebing Tinggi. Tapi seperti yang digembar gemborkan selama ini, masuk Akpol menggunakan uang, dia sempat pesimis anaknya akan lulus.
Pun begitu, dengan tekad kuat Bima, dia menyerahkan sepenuhnya kepada anaknya sembari meminta kepada Allah SWT.
“Memang anak itu cerdas, tapi kan yang terdengar selama ini pakai uang, makanya sempat pesimis. Tapi Alhamdulillah, anak saya bisa lolos tanpa uang sepeserpun berkat keyakinannya dan ridho Allah,” ucapnya sembari mengambil foto anaknya setelah masuk pendidikan.
Ewiq mengatakan, dia sangat menjaga pergaulan anaknya. Bahkan, Bima tak diperbolehkan bergaul dengan remaja seusianya yang kerab melakukan perbuatan melanggar hukum, seperti mabuk-mabukan. Setiap hari sepulang sekolah, Bima harus membantunya menambal ban.
“Saya selaku orangtua terus memberikan arahan agar dia jangan bergaul dengan anak-anak muda yang berprilaku jahat dan saya menganjurkan sepulang sekolah untuk membantu saya di bengkel,” jelas Dwi.
Diakui kedua orangtuanya, Bima merupakan anak yang penurut dan tidak pernah melawan. Dia juga anak yang aktif di Paskibraka dan anggota Pramuka di sekolahnya.
“Dia terinspirasi melihat pamannya sebagai anggota TNI. menurutnya, seorang  anggota militer itu terlihat gagah dan berwibawa. Karena dari itu dia nekad mendaftar  menjadi anggota kepolisian di Poldasu bulan Juli lalu,” sambung Hermawati.
Banyak keluhan yang dialami kedua orangtua itu ketika anaknya mendaftar mengikuti test Akpol di Poldasu. Terlebih dahulu Bima mengikuti test di Cakad Akademi Laut di Belawan. Karena gugur, dirinya nekad mengikuti test Akpol setelah membaca pengumuman dari media cetak.
Waktu pendaftaran, kata ibunya Hermawati anak tersebut pulang pergi Tebing Tinggi-Medan menggunakan bus angkutan. Sampai-sampai untuk ongkos anaknya selama mendaftar, orangtua hanya mampu memberikan Rp50.000 per harinya untuk kebutuhannya selama pendaftaran di Poldasu. “Terkadang Bima harus berangkat pukul 05.00 WIB pagi menuju Medan untuk mengikuti seleksi. Karena ketekunan dia dan rasa percaya diri, Tuhan berkehendak lain, anak saya mampu lulus namor dua di Sumatera Utara,” beber ibu kandungnya.
Sementara dari 1.777 pendaftar seleksi Akpol di Poldasu yang lulus mewakili Sumut berangkat ke Semarang adalah 22 orang Taruna dan 2 orang Taruni. Namun setelah seleksi kembali yang lulus hanya 19 orang Taruna yang mengikuti pendidikan di Semarang. “Untuk Kota Tebing Tinggi ada tiga orang yang lulus seleksi Akpol ke Semarang. Dua orang anak polisi. Lutfi anak Kasat Narkoba Pematang Siantar, Jumpa Tua Simanjorang anak Kapolsek Sipispis dan anak penambal ban, Bima Nugraha,” kata pasangan suami istri ini.
Untuk membiayai anaknya berangkat ke Semarang, orangtua saat itu tidak mempunyai uang. Warga dan tetangga memberi bantuan seadanya. “Saya menangis kala itu. Anak saya hendak berangkat setelah lulus seleksi, kami tidak punya uang. Untung tetangga dan warga sekitar peduli memberikan bantuannya dan kami juga pihak keluarga menjual dua rante ladang juga untuk melihat keberangkatan anak saya ke Semarang,” ucap ayah dan ibu Dinda Haryati (SMA) dan Yuliasih Wilianti (SMP) ini.
Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Tebing Tinggi. Muhammad Syahrif ketika dihubungi mengaku bangga karena ada tiga orang anak didiknya lulus seleksi Akpol tahun 2011. Dirinya berharap, ke depan semangkin banyak anak-anak didiknya berhasil seperti ketiga rekan alumni sekolah SMA Negeri 1 ini. “Kedepan adik-adik pelajar akan semangkin giat belajar dan meningkatkan prestasinya, mereka bertiga, Bima, Lutfi dan Jumpa Tua menjadi contoh toladan bagi pelajar dan sekolah lainnya yang ada di Tebing Tinggi,” jelas Syahrif.  (*)


1 komentar:

bimznp said...

terima kasih byk y udah repost ,