Tanjung Pura, Jam 18.30 Wib
Biadab, kata itulah yang pantas disandang oleh seoarng ayah dari tiga anak yang berdomisili di Jalan masjid gang Pesantren Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
Edy Syahputra (45) yang seharusnya melindungi dan memelihara buah hatinya malah melakukan tindak penganiayaan terhadap tiga orang anaknya, ironisnya istri Edy alias ibu dari ketiga anak tersebut saat ini sedang berada dinegeri jiran malaysia sebagai TKW (Tenaga Kerja Wanita) untuk menyambung hidup.
Ega Priliya S (8) anak pertama hasil buah perkawinan Edy dengan istrinya Sangkot, mengalami penderitaan yang berkepanjangan, bagai mana tidak anak sulung tersebut kerap mendapat siksaan dari si ayah tanpa sebab dan alasan yan pasti. Edy tidak mempunyai pekerjaan yang tetap terkadang hanya berjualan ikan, sejauh ini tidak dapat dipastikan apa yang menyebabkan dirinya bertindak hinga seperti algojo.
Bahkan kedua adiknya, Anggi (6) dan M Tezza (2) juga sering mendapat perlakuan yang sama, kejadian tersebut terungkap pada Rabu (5/5) sekitar jam 18.30 Wib, dimana KPAID (Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah) Kabupaten Langkat menerima laporan via seluler dari warga Tanjung Pura bahwasanya didaerah tersebut telah terjadi penganiyaan terhadap anak dibawah umur.
Ketua KPAID Langkat Drs Ernis Sarfin Aldin didampingi Sekertaris Reza Fadli Lbs SH, dan Pokja Advokasi KPAID Langkat langsung turun kelokasi, saat itu ketiga anak sudah diungsikan di Mapolsek Tanjung Pura, hal tersebut dilakukan untuk menghindari amukan sang ayah terhadap anaknya.
Setibanya tim KPAID di Polisi Sektor Tanjung Pura korban langsung dirujuk ke rumah sakit umum daerah Tanjung Pura untuk mendapatkan perawatan medis, Korban turut didampingi oleh Kapolsek (Kepala Kepolisian Sektor) Tanjung Pura AKP Marham SH beserta kepala unit Reserse Kriminal M.I Saragih, karena kondisi korban sangat memprihatinkan pada bagian mata korban mengalami memar dan dibola matanya terdapat bercak merah seperti gumpalan darah, pada lengan kirinya terdapat luka sobek dan sekujur tubuh terdapat memar dan lembam.
Berdasarkan keterangan korban memar pada bagian mata akibat tinjuan sang ayah dan luka di lengan akibat dipukul dengan sebatang bambu, Ega juga mengungkapkan bahwasanya dirinya sebenarnya masih sayang pada ayahnya namun takut karena ayah sangat jahat dan sering memukulnya.
“Ega sayang ayah tapi ega takut sama ayah karena sering marah dan memukul ega, Ega gak mau pulang kerumah lagi,” ucapnya lirih sambil menagis tersedu. Anggi adik kedua Ega saat itu juga turut bercerita atas kejadian yang sering mereka alami, walau bahasa dan gaya bicaranya belum begitu pasih namun kita dapat memahami maknanya.
“Kepala ayung diantukkan (dilagakan) ayah dengan kepala ayah dan ayung dipukuli,” ucap Anggi sambil menikmati jajanannya. Dan pernyataan mereka berdua dibenarkan oleh para tetangga dan keluarga korban, yang turut serta mengantar korban ke Rumah Sakit. Bahkan mereka menyatakan hal itu sudah lama berlangsung dan sudah pernah disampaikan kepada aparat desa namun tidak ada jalan keluarnya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari tetangga korban Rabu malam (5/5), sekitar jam 23.00 di Rumah Sakit, bahwasanya ayah korban kerap sekali melakukan peganiayaan terhadap ketiga anaknya tersebut, namun tetangga tidak dapat berbuat banyak karena saat hendak melerai pelaku (ayah korban) selalu mengancam warga agar tidak ikut campur atas urusan keluarganya sambil menghunuskan sebilah pisau.
Apalagi yang disiksanya tersebut adalah anaknya sendiri sehingga pelaku merasa berkuasa atas mereka dan jika pelaku sudah puas melampiaskan perbuatanya (menganiaya) iapun meningalkan rumah dalam keadaan tertutup rapat dan ketiga anaknya tidak dibenarkan untuk keluar rumah.
Jika pelaku sudah jauh meningalkan rumah, barulah warga berdatangan untuk memberi pertolongan kepada anak-anaknya tersebut, bahkan terkadang ketiga anak yang masih polos itu hanya makan sekali dalam sehari.
Masih keterangan dari para warga, istri pelaku pergi ke malaysia sekitar dua tahun yang lalu, dulunya istri pelaku juga sering mendapat perlakuan serupa dan parahnya lagi pernah lari keluar rumah dalam keadaan tanpa sehelai benangpun dibadanya, dan kabarnya sang istri merantau kenegeri jiran malaysia untuk mengadu nasib demi kelangsungan hidup diri dan ketiga anaknya.
Namun sangat disayangkan uang kiriman dari malaysia tersebut jarang serkali digunakan untuk memenuhi kebutuhan ketiga anaknya, dan hanya si ayah lah yang mengetahui dengan pasti kemana uang itu dipergunakan.
Ega bersama dua orang adiknya bermalam di rumah sakit tersebut dibawah penjagaan personil Kepolisian Sektor Tanjung Pura, dikahwatirkan ayah sikorban datang untuk menjemput mereka. Pada Rabu malam itu juga berdasarkan keterangan Kapolsek personilnya sudah dikerahkan untuk memburu pelaku, berdasarkan informasi pelaku berada di daerah besilam.
Kamis (6/5) KPAID langkat juga melakukan peninjauan ke lokasi tempat tingal pelaku, disitu kembali warga berkumpul sembari mencibir tingkah polah pelaku dan mereka sangat berharap agar pelaku segera mungkin dapat diamankan pihak kepolisian karena prilakunya sangat meresahkan warga, berdasarkan keterangan mereka rabu Dini hari pelaku ada pulang kerumah namun pagi ini sudah tidak ada lagi, ujar Nani tetangga korban.
Hari itu juga berdasarkan kesepakatan pihak keluarga, korban diurus oleh makciknya yang berdomisili di Desa Besilam padang tualang, berita acara serah terima tersebut dibuat dipolsek tanjung Pura turut disaksikan Lurah tanjung Pura Erwan SE.
Dalam Kesempatan tersebut Ketua KPAID Langkat Drs Ernis Safrin Aldin menyampaikan harapanya dihadapan Kapolsek Tanjung Pura AKP Marham SH dan keluarga korban agar pelaku secepat mungkin diamankan, karena selagi pelaku berkeliaran diluar keselamatan anak belum dapat terjamin sepenuhnya walau anak tersebut telah diasuh oleh keluarganya.
Anis juga menjelaskan dengan dilakukanya serah terima korban dengan keluarganya bukan berarti masalah sudah terselesaikan begitu saja, karena ketiga anak tersebut harus terpenuhi segala haknya terutama keselamatanya, apalgi Ega sudah putus sekolah saat dibangku kelas I SD (Sekolah Dasar). Dan KPAID Langkat akan terus melakukan monitoring terhadap ketiga anak tersebut, ujarnya.
Ketika dijumpai di kantor KPAID Langkat Ernis menegaskan, “Saya sangat mengharapkan segala pihak yang terkait dalam permasalahan anak ini mau serius dalam penaganya, karena sejauh ini kesanya pihak terkait cendrung memandang kasus permasalahan anak ini hal yang sepele”, baik dari unsur pemerintahan maupun pihak Berwajib, seperti kasus di hinai dimana pelaku pemerkosa dan percobaan pembunuhan dapat melarikan diri ketika berada diruang juru periksa, belum lagi kasus pencabulan terhadap anak dimana pelaku atas nama Ariono sudah bebas berkeliaran tanpa alasan yang jelas, Tegas Anis. (Yudi/San)
3 komentar:
ayah tak brtnggung jawab,,, biadap bgt tu manusia,,,, ndak pntas lgi di ksi hdup manusia sprti itu,,,,,
setuju...aku,hingga saat ini sang ayah masih buron dah hampir 1 tahun lebih...,semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi kita semua para orang tua khususnya para Ayah...
Mohon di share cerita sedih ini untuk saya sebarkan ke Malaysia, moga2 diketahui dan dilihat oleh ibunya yang berada di sini
Post a Comment