LANGKAT- Jauh dari daratan membuat SDN 053980 di Desa Jaring Halus, Kecamatan Secanggang kurang mendapat perhatian dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran (PdanP) Langkat. Tak heran anak didik di sekolah itu tak hafal lagu Indonesia Raya.
Jelas saja, kondisi itu membuat warga yang menetap di pulau terluar Langkat ini jadi ketar-ketir. Sebab, anak-anak mereka, lebih hafal lagu pop atau lagu lainnya, ketimbang lagu kebangsaanya sendiri. Untuk memastikan kabar tersebut, Sabtu (5/6) wartawan koran ini mencoba mencari tahu kebenaran kabar itu dari sejumlah warga dan anak-anak yang bersekolah di SDN tersebut. Dengan menumpangi perahu dari Pematang Buluh, Desa Tanjung Ibus, Secanggang, perjalanan melintasi paluh selama 45 menit membawa wartawan ini menuju lokasi. Setibanya di pulau tersebut, suasana kumuh langsung menyambut. Puluhan tambak nelayan tampak terpampang di sepanjang bibir pantai pulau itu dengan ratusan sampan yang tertambat di dermaga-dermaganya. Untuk menuju sekolah, harus berjalan menuju ke timur sekitar 100 dengan melewati gang-gang rumah warga.
Sebelum menuju kesana, kru koran ini lebih dulu mencari tahu dari warga sekitar tentang sekolah itu. Salah seorang warga bernama Buyung mengakui prihal kebenaran berita itu. Dia mengatakan, sejak 12 tahun terakhir, SDN di tempat tinggalnya itu tak pernah menggelar upacara bendera. Sehingga, anak didik di sekolah itu banyak yang tak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya. Wah, kalau sekolah di sini 12 tahun tak pernah menggelar upacara, makanya anak-anak didiknya banyak yang tak tahu lagu Indonesia Raya. Jangankan lagu Indonesia Raya, lagu Padamu Negeri yang hanya 5 baris banyak tak tahu,kata Buyung prihatin.
Ketika ditanya sebabnya, Buyung mengatakan, kalau sebagian besar guru yang mengajar di SDN 053980 ini, berasal dari luar daerah Jaring Halus, termasuk kepala sekolahnya.Di Sekolah itukan gurunya kebanyakan orang luar, jadi mereka datangnya lama-lama, paling cepat jam 8 pagi, biasanya mereka tiba jam 10 pagi, gimana mau upacara,bilangnya. Sebelumnya, kata Buyung, halaman sekolah SDN itu sendiri masih sangat memprihatinkan, selalu tergenang air jika terjadi air pasang laut. Sehingga, upacara pun kerab dibatalkan karena masalah itu. Tapi, dua tahun belakangan, halamannya sudah ditimbun.Masalahnya, mereka sudah terbiasa tidak upacara, jadi upacaranya sesekali saja,tandas Buyung. Sayangnya, ketika wartawan ingin bertanya langsung dengan pihak sekolah terkait masalah tersebut, sekolah dasar satu-satunya di kampung nelayan itu sudah tutup. Yang ada hanya sekumpulan anak tengah bermain di belakang bangunan sekolah.
Hendra (9) salah seorang murid di SDN itu ketika ditanya mengaku tak hafal lagu tersebut. Menurutnya, mereka jarang sekali diajari untuk menyanyikan lagu kebangsaan itu. Nggak tahu, orang gurunya nggak pernah ngajari,kata Hendera murid kelas 3 SD ini. Ketika ditanya soal upacara bendera di sekolahnya, Hendra mengatakan, pernah mengikuti upacara, tapi tidak setiap minggu.Pernah ikut upacara, tapi jarang-jarang, karena gurunya lama datang,ucapnya polos. Selain Hendra, pengakuan Uchi (11) murid kelas 6 SD ini mengaku, tahu lagu tersebut, tapi dia tidak hafal semua lirik lagu tersebut.Tau, tapi cuma separoh, nggak hafal semua,ucapnya dengan logat melayu yang khas.
Menyikapi hal itu, salah seorang anggota Komite Sekolah Tamar tidak menampik kebenaran berita itu. Menurutnya, jarangnya dilakukan upacara bendera sehingga sebagian murid tidak hafal lagu Indonesia raya, disebabkan halaman sekolah yang kurang baik.Memang iya, karena halaman sekolahnya tak bisa digunakan untuk upacara,cetusnya. Dia juga menyebutkan, kalau masalah ini berasal dari tempat tinggal para guru yang jauh dari lokasi sekolah.Inikan karena tempat tinggal guru itu yang jauh, mereka harus naik sampan lagi untuk kemari, makanya ini menjadi masalah, gimana anak-anak mau upacara, kalau gurunya saja datang jam 10.00 Wib,tegas Tamar.(smg)
Jelas saja, kondisi itu membuat warga yang menetap di pulau terluar Langkat ini jadi ketar-ketir. Sebab, anak-anak mereka, lebih hafal lagu pop atau lagu lainnya, ketimbang lagu kebangsaanya sendiri. Untuk memastikan kabar tersebut, Sabtu (5/6) wartawan koran ini mencoba mencari tahu kebenaran kabar itu dari sejumlah warga dan anak-anak yang bersekolah di SDN tersebut. Dengan menumpangi perahu dari Pematang Buluh, Desa Tanjung Ibus, Secanggang, perjalanan melintasi paluh selama 45 menit membawa wartawan ini menuju lokasi. Setibanya di pulau tersebut, suasana kumuh langsung menyambut. Puluhan tambak nelayan tampak terpampang di sepanjang bibir pantai pulau itu dengan ratusan sampan yang tertambat di dermaga-dermaganya. Untuk menuju sekolah, harus berjalan menuju ke timur sekitar 100 dengan melewati gang-gang rumah warga.
Sebelum menuju kesana, kru koran ini lebih dulu mencari tahu dari warga sekitar tentang sekolah itu. Salah seorang warga bernama Buyung mengakui prihal kebenaran berita itu. Dia mengatakan, sejak 12 tahun terakhir, SDN di tempat tinggalnya itu tak pernah menggelar upacara bendera. Sehingga, anak didik di sekolah itu banyak yang tak hafal lagu kebangsaan Indonesia Raya. Wah, kalau sekolah di sini 12 tahun tak pernah menggelar upacara, makanya anak-anak didiknya banyak yang tak tahu lagu Indonesia Raya. Jangankan lagu Indonesia Raya, lagu Padamu Negeri yang hanya 5 baris banyak tak tahu,kata Buyung prihatin.
Ketika ditanya sebabnya, Buyung mengatakan, kalau sebagian besar guru yang mengajar di SDN 053980 ini, berasal dari luar daerah Jaring Halus, termasuk kepala sekolahnya.Di Sekolah itukan gurunya kebanyakan orang luar, jadi mereka datangnya lama-lama, paling cepat jam 8 pagi, biasanya mereka tiba jam 10 pagi, gimana mau upacara,bilangnya. Sebelumnya, kata Buyung, halaman sekolah SDN itu sendiri masih sangat memprihatinkan, selalu tergenang air jika terjadi air pasang laut. Sehingga, upacara pun kerab dibatalkan karena masalah itu. Tapi, dua tahun belakangan, halamannya sudah ditimbun.Masalahnya, mereka sudah terbiasa tidak upacara, jadi upacaranya sesekali saja,tandas Buyung. Sayangnya, ketika wartawan ingin bertanya langsung dengan pihak sekolah terkait masalah tersebut, sekolah dasar satu-satunya di kampung nelayan itu sudah tutup. Yang ada hanya sekumpulan anak tengah bermain di belakang bangunan sekolah.
Hendra (9) salah seorang murid di SDN itu ketika ditanya mengaku tak hafal lagu tersebut. Menurutnya, mereka jarang sekali diajari untuk menyanyikan lagu kebangsaan itu. Nggak tahu, orang gurunya nggak pernah ngajari,kata Hendera murid kelas 3 SD ini. Ketika ditanya soal upacara bendera di sekolahnya, Hendra mengatakan, pernah mengikuti upacara, tapi tidak setiap minggu.Pernah ikut upacara, tapi jarang-jarang, karena gurunya lama datang,ucapnya polos. Selain Hendra, pengakuan Uchi (11) murid kelas 6 SD ini mengaku, tahu lagu tersebut, tapi dia tidak hafal semua lirik lagu tersebut.Tau, tapi cuma separoh, nggak hafal semua,ucapnya dengan logat melayu yang khas.
Menyikapi hal itu, salah seorang anggota Komite Sekolah Tamar tidak menampik kebenaran berita itu. Menurutnya, jarangnya dilakukan upacara bendera sehingga sebagian murid tidak hafal lagu Indonesia raya, disebabkan halaman sekolah yang kurang baik.Memang iya, karena halaman sekolahnya tak bisa digunakan untuk upacara,cetusnya. Dia juga menyebutkan, kalau masalah ini berasal dari tempat tinggal para guru yang jauh dari lokasi sekolah.Inikan karena tempat tinggal guru itu yang jauh, mereka harus naik sampan lagi untuk kemari, makanya ini menjadi masalah, gimana anak-anak mau upacara, kalau gurunya saja datang jam 10.00 Wib,tegas Tamar.(smg)
Sumber : Pos Metro,Medan
0 komentar:
Post a Comment