Home » , , , , , » (Perjuangan seorang Ibu demi Pendidikan Anak............ )

(Perjuangan seorang Ibu demi Pendidikan Anak............ )

Posted by Anak Bangsa

Tempatkan Iklan Anda disini..


Jajakan Rokok Demi Sekolah 3 Anak

Kamis, 22 Juli 2010
AMPLAS-Kesemrawutan kawasan Amplas ternyata membawa berkah buat sejumlah orang. Diantaranya, pedagang asongan dan bocah penyapu lantai angkot.

Seperti yang dilakoni E br Silalahi (37). Ibu 4 anak ini, saban hari bertarung dengan debu dan teriknya sengatan matahari. Peluh yang membasahi tubuh dan terkadang mengeluarkan bau tak sedap, tak dihiraukannya. Warga Jl Turi, Kel Timbang Deli, Kec Medan Amplas ini, mengabaikan gengsi demi ketiga buah hatinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar.

Ia rela menjadi pedagang rokok asongan. Tiap hari, dia mulai menjajakan rokok, permen dan air mineral kemasan.

Dijumpai disela-sela kesibukannya menjajakan rokok di persimpangan lampu merah Amplas, dia menuturkan, pedagang rokok asongan sudah dilakoninya dua tahun belakangan. Memang, suaminya juga mencari nafkah menjadi penarik betor. Tapi, penghasilannya terkadang tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga, apalagi untuk membayar uang sewa rumah.

“Bagaimana dek. Kalau saya bergantung dengan suami manalah cukup. Kadang suami bawa uang Rp50 ribu dan mau juga tidak ada sepeser pun. Kalau itu dipertahankan, bagaimana anak-anak bisa melanjutkan sekolah. Anak saya masih kecil-kecil. Belum lagi mikiri uang sewa rumah. Bisa-bisa jadi pusing mikiri semuanya ini,” sebutnya.

“Kalau dulu, saya tidak berjalan kesana-kemari untuk mencari pembeli. Karena, saya jualannya di depan kios. Sedangkan, kini tidak lagi. Itu sudah berjalan dua tahun lalu sejak adanya larangan berjualan diatas trotoar sama pemerintah daerah (Pemda),” ucapnya.

Menurutnya lagi, usai anak-anaknya berangkat sekolah, dirinya menuju persimpangan Amplas. Begitu pukul 11.00 wib, dirinya kembali ke rumah untuk masak. Setelah pekerjaan rumah selesai, dirinya kembali kelokasi tempat menjajakan rokok sampai pukul 19.00 wib. Itu dilakukan saban hari tanpa memandang hari. “Tak ada hari libur bagi saya. Mulai Senin sampai Minggu, saya tetap berjualan rokok,” ucapnya.

“Omset yang saya dapat tidak menentu. Kadang Rp 30 ribu, kadang mau lebih. Itu tergantung rejekilah. Kita harus pandai-pandai bersaing dengan pedagang asongan. Sebab, pedagang asongan sudah banyak dan bukan saya saja di sini,” bebernya. Lalu, bagaimana dengan kehidupan bocah yang mempertaruhkan keselematan demi rupiah?  (ali)


0 komentar: