Rabu, 21 Juli 2010
Ibnu (45), ayah AP sudah berulangkali mendatangi Polsek Stabat bermohon agar putranya ditangguhkan penahanan dan hanya diwajibkan lapor. Soalnya, bapak 5 anak itu ingin agar AP kembali ke sekolah setelah sempat selama setahun berhenti sekolah.
‘’Saya berharap anak saya bisa segera dibebaskan, agar bisa melanjutkan sekolahnya. Saya juga sudah bermohon agar anak saya diberi penangguhan, meski perkaranya tetap lanjut. Tapi permohonan saya selalu ditolak,’’ujar Ibnu pada POSMETRO MEDAN.
Bahkan menurutnya lagi, petugas yang ditemuinya itu bersikap seperti anti pati terhadap dirinya. Ibnu pun tersinggung, karena petugas itu cuek saja melihat Ibnu tanpa berkata sepakat kata pun.
‘’Saya seperti sampah dibuat polisi itu. Padahal saya kan bermohon untuk anak saya, tapi kok polisinya macam musuhan dengan saya. Polisinya cuek kali dengan kami,’’kata pria yang kesehariannya bekerja mocok-mocok itu.
Hal yang paling menyedihkan, bilang Ibnu, ketika melihat segerombolan anak sekolah melintas di depan rumah dengan mengenakan seragam baru. Lelaki paro baya itu kontan teringat putranya. Keinginannya agar sang anak kembali mengecap dunia pendidikan, kini sirna karena terjerat dalam penjara aparat hukum. (darwis)
Ibnu (45), ayah AP sudah berulangkali mendatangi Polsek Stabat bermohon agar putranya ditangguhkan penahanan dan hanya diwajibkan lapor. Soalnya, bapak 5 anak itu ingin agar AP kembali ke sekolah setelah sempat selama setahun berhenti sekolah.
‘’Saya berharap anak saya bisa segera dibebaskan, agar bisa melanjutkan sekolahnya. Saya juga sudah bermohon agar anak saya diberi penangguhan, meski perkaranya tetap lanjut. Tapi permohonan saya selalu ditolak,’’ujar Ibnu pada POSMETRO MEDAN.
Bahkan menurutnya lagi, petugas yang ditemuinya itu bersikap seperti anti pati terhadap dirinya. Ibnu pun tersinggung, karena petugas itu cuek saja melihat Ibnu tanpa berkata sepakat kata pun.
‘’Saya seperti sampah dibuat polisi itu. Padahal saya kan bermohon untuk anak saya, tapi kok polisinya macam musuhan dengan saya. Polisinya cuek kali dengan kami,’’kata pria yang kesehariannya bekerja mocok-mocok itu.
Hal yang paling menyedihkan, bilang Ibnu, ketika melihat segerombolan anak sekolah melintas di depan rumah dengan mengenakan seragam baru. Lelaki paro baya itu kontan teringat putranya. Keinginannya agar sang anak kembali mengecap dunia pendidikan, kini sirna karena terjerat dalam penjara aparat hukum. (darwis)
0 komentar:
Post a Comment