Home » , , , , , » Hutan di Rambah, Paluh di Tutup

Hutan di Rambah, Paluh di Tutup

Posted by Anak Bangsa

Tempatkan Iklan Anda disini..

Reza Fahlevi -Langkat. 
Nelayan Kesulitan Mencari Kepiting

Hasil Sedikit : Seorang anak sedang mengangkat kepiting, dari hasil  tangkapan bubu milik ayahnya yang akan di jual kepada agen penampung kepiting, di Desa Tapak Kuda Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat,Jum’at (5/11). Hasil tangkapan yang mangkin sedikit, di akibat perambahan hutan dan penutupan paluh, di kawasan  areal Hutan Produksi dan Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam di Tanjung Pura. # reza fahlevi #
Masyarakat nelayan pesisir pantai Kabupaten  Langkat, semangkin kesulitan mencari hasil tangkapan berupa keping. Kesulitan itu terjadi sejak 4 tahun terahir. Penutupan anak paluh/anak sungai menyebabkan mata pencarian nelayan makin terpuruk (kesulitan) sehingga terancam akan matinya mata pencaharian mereka.
 
Kesulitan itu makan menjadi-jadi, ketika belakangan ini, para kepala Desa dan Camat setempat membiarkan alat berat excavator bekerja mambuat tanggul dan menutup anak paluh/anak sungai dikawasan areal Hutan Produksi (HP) dan kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA), seperti yang berada di Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.
 
Menurut ketua muda Himpunan Nelayan Seluruh Indonnnesia (HNSI) Langkat, M.Syarifudin, kepada,Jum’at (5/11) di Tanjung Pura, menyebutkan, kondisi perekonomian para nelayan saat ini makin terpuruk, akibat perambahan areal hutan milik negara, serta penutupan anak paluh/anak sungai yang berada di dalam kawasan areal tersebut.
 
Ironisnya saat ini, kata M.Syarifudin, Pemerintah setempat belum berbuat apa-apa untuk menghentikan perbuatan para sekelompok orang tersebut, bahkan terkesan, perbuatan orang tersebut di restui para kepala desa dan camat, kata Syarifuddin.
 
Di jelaskannya, lokasi penutupan anak paluh dan perambahan areal hutan  produksi berada seperti di Desa Kuala Langkat, Kuala Serapuh, Bubun, Tapak Kuda dan Karya Maju. Sementara untuk perambahan areal KSDA dan penutupan anak paluhnya juga, terjadi di kawasan Desa Tapak  Kuda Kecamatan Tanjung Pura.
 
“Perbuatan seperti itu harusnya segera di hentikan, mengingat pendapatan para nelayan pembubu (penangkap) kepiting makin kesulitan mendapatkan hasil kepiting. Saat ini paling banyak para nelayan pembubu kepiting berskala besar mendapatkan 10 kg per hari, sementara untuk pembubu kepting skala kecil mereka hannya mendapatkan 3 kg per hari, kepiting tangkapan,”ungkap Syarifuddin.
 
Penadapat tersebut sangat berbeda dengan dari tahun-tahun sebelumnya, yang biasa mendapatkan hasil mencapai 30 kg, untuk nelayan pembubu kepiting sekala besar, dan 10 kg, untuk penghasilan nelayan pembubu kepiting sekala kecil.
 
Pengasilan pendapatan kepiting terssesbut belum termasuk, biaya minyak dan lainnya, karena para nelayan membubu kepiting menggunakan perahu bermotor/sampan kecil. sambung Syarifuddin, kepiting yang di cari nelayan merupakan kepiting kelapa, dan penghasilan mereka akan terpotong biaya minyak untuk perahu mereka.


0 komentar: