Berbagi Informasi :
Memiliki anak yang berkarakter tentu adalah idaman setiap orangtua dimana pun di dunia ini. Namun, sadarkah kita kalau pembentukan karakter seorang anak itu tidak serta-merta terjadi dalam satu malam?
Banyak orangtua yang terperangkap dalam Jebakan Kasih Sayang. Ya, karena terlalu sayang pada anaknya, maka ada sebagian orangtua yang kemudian memenuhi dan menuruti hampir segala kemauan anak. Bahkan ada pula yang secara total membantu anak dalam melakukan tugas-tugas atau kewajibannya.
Memenuhi kebutuhan anak tentu saja perlu. Membantu anak dalam menjalankan tugasnya sudah pasti baik adanya. Namun, segala sesuatu bila diberikan secara berlebihan tentu akan berbalik menimbulkan efek negatif. Kita justru akan membuat potensi dan terutama karakter anak tidak bisa berkembang secara maksimal.
Nah, kalau demikian, bagaimana cara untuk dapat membentuk karakter anak kita? Beberapa tips di bawah ini dapat menjadi acuan bagi kita untuk membangun karakter anak yang positif.
1. Gagal itu Perlu
Salah satu cara paling penting dalam membentuk karekter anak adalah dengan tidak selalu “memuluskan jalan” bagi sang anak. Sekali-kali, biarkan dia mengalami kegagalan. Misalnya, saat anak mencoba untuk membentuk pesawat kertas, jangan bantu dia, biarkan dia melakukan sendiri dengan melihat contoh yang ada. Atau saat anak belajar untuk menuang sendiri air minum ke dalam gelasnya. Mungkin pesawat yang dia buat tidaklah sebaik yang kita harapkan. Mungkin saat anak menuang air minumnya, dia membuat air itu tumpah kemana-mana. Namun justru itulah proses belajar yang harus dialami anak. Kegagalan-kegagalan yang dialami oleh anak akan membuat anak kita belajar bahwa kesuksesan itu harus diraih dengan kerja keras dan inisiatif.
2. Biarkan Dia Berhasil
Sebaliknya, kebeerhasilan juga perlu dialami oleh anak. Sukses-sukses kecil yang diperoleh anak haruslah kita beri kredit/pujian yang tulus. Saat anak berhasil melakukan sesuatu dan memperoleh pujian yang tulus dari Anda, saat itulah rasa senang dan kepuasan yang ia rasakan juga berlipat kali ganda. Apalagi bila anak dapat melakukan itu tanpa bantuan dari Anda. Jelas ini akan memupuk rasa percaya dirinya.
3. Berikan Penghargaan
Perhargaan di sini bukanlah penghargaan dalam bentuk materi. Memang, terkadang perhargaan berupa materi juga diperlukan, asalkan dalam porsinya yang tepat, namun jauh lebih baik bila penghargaan itu berupa hal-hal lain di luar materi. Penghargaan yang diberikan bisa saja berupa pujian yang tulus, rekreasi atau bahkan hanya sekedar pelukan hangat dari Anda. Bicarakan apa yang ia lakukan dengan, misalnya, memberi pertanyaan tentang bagaimana perasaannya saat berhasil melakukan hal tersebut. Hal itu akan membuat anak termotivasi untuk melakukan hal-hal lainnyam karena ia tahu kita menghargai apa yang dia lakukan.
4. Puji pada Waktu yang Tepat
Pujian yang diobral juga tentu tidak baik. Berikan pujian pada waktu dan tempat yang tepat. Pujilah anak saat dia telah berhasil melakukan sesuatu. Bila kita tahu bahwa ia dusah berusaha keras dan belum berhasil, tugas kitalah untuk memotivasi dia. Pujian yang tidak pada tempatnya dan bukan pada waktu yang tepat tidaklah mendidik anak. Misalnya, pujian yang diberikan justru pada saat anak memperoleh nilai yang kurang baik, atau saat ia tidak mengerjakan tugasnya.
5. Jangan Biarkan Menang
Sebagai orangtua, kadang kita suka membuat mereka senang dengan cara selalu mengalah. Tapi, saat kita mengalah, kita justru tidak mendidik mereka. Sesekali anak juga perlu merasakan artinya kalah dan juga tentunya menang. Ajar mereka untuk dapat menerima keduanya dengan baik. Dalam hidup ini setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan, begitu pula anak-anak kita. Namun, haruslah kita tanamkan dalam diri mereka, bahwa kegagalan/kekalahan bukanlah akhir dari segalanya. Kegagalan yang disikapi dengan baik justru dapat menjadi batu lompatan untuk mencapai keberhasilan. Zig Ziglar mengatakan, “Failure is just a detour, it’s not a deadend.” (Kegagalan hanya sebuah jalan memutar dan bukan jalan buntu.)
6. Biarkan Ia Menderita
Mungkin Anda terkejut dengan poin ini. Firman Tuhan dalam Ibrani 1:28 bicara tentang anak-anak gampang. Iniadalah tipe anak yang selalu dimanja dan tidak pernah merasakan ganjaran. Penderitaan, dalam porsi tertentu yang sesuai dengan usia anak, justru perlu agar anak menjadi pribadi yang tangguh dan bertanggung jawab. Jika misalnya, ia lupa membawa salah satu buku pelajaran ke sekolah, tidak perlu kita repot-repot mengantarnya dan menjelaskan kepada gurunya dengan harapan agar anak kita tidak dihukum. Tapi, biarkan dia menjelaskan sendiri pada gurunya dan biarkan pula dia menerima konsekuensi dari kelalaiannya itu. Dengan demikian anak akan belajar untuk lebih bertanggung jawab.
7. Menjadi Teladan Bagi Anak
Jika Anda ingin anak Anda tidak suka menyontek, maka Anda pun jangan berlaku curang dalam hal apa pun. Anak adalah seorang peniru yang baik. Ia belajar dengan melihat perilaku orang lain, terutama orang yang dekat dengan mereka. Oleh karena itu, berhati-hati dan berlaku bijaklah dengan perbuatan dan perkataan Anda.
8. Jelaskan yang Baik dan Buruk
Anak-anak seringkali tidak tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Karena itu, jelaskan kepada mereka mana sikap dan perkataan yang baik dan yang buruk. Saat anak menyikap sesuatu dengan keliru, jangan ragu untuk mengoreksi dan menjelaskan mengapa itu keliru.
9. Hukuman Kasih
Ada kalanya anak tetap bersikap bandel. Meski sudah diberi pengertian mana yang baik dan yang buruk, tapi tetap saja ia melakukannya dengan sadar. Bila sudah demkian, hukuman perlu diberikan. Menghukum anak bukan berarti kita benci pada anak kita (dan jangan sampai kita pernah menghukum anak karea kita benci pada anak kita). Tapi, hukuman adalah tanda kasih kita. Sama halnya dengan Bapa di Surga menegur kita, justru karena Dia mengasihi kita.
10. Luangkan Waktu untuk Mereka
Marilah kita mengevaluasi diri kita, bagaimana kita menghabiskan waktu bersama anak-anak kita? Berapa jam sehari-harinya yang kita berikan untuk anak kita? Seberapa berkualitasnya waktu kebersamaan tersebut? Anak-anak sangat peka dan mengerti serta bisa membedakan saat kita benar-benar menyediakan waktu khusus bersama mereka. Anak membutuhkan kehadiran dan perhatian kita. Dan ketika kita memberikan waktu kita dan perhatian kita, maka anak akan merasa dihargai. Dengan demikian, kita membentuk pribadi anak yang dapat menghargai orang lain.
disalin dari : Motivate to Elevate Your Life
0 komentar:
Post a Comment